TOKOH–TOKOH DALAM SATUA I UBUH; DIPANDANG DARI SUDUT ETIKA BERBICARA

  • I Made Suwendi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univrsitas Dwijendra
  • Ni Made Suarningsih Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univrsitas Dwijendra
Kata Kunci: etika, berbicara, tokoh, satua

Abstrak

Satua I Ubuh adalah satua yang merupakan karya sastra Bali purwa. Satua ini sangat menarik untuk diteliti mengingat dewasa ini minat anak-anak terhadap satua sangat menurun. Selain itu, keterampilan berbicara anak-anak dalam menggunakan bahasa Bali masih perlu diperbaiki. Anak-anak di dalam berbicara, banyak yang menyimpang dari aturan atau norma sopan santun berbahasa Bali. Terkait dengan hal itu penelitian ini diberi judul “Tokoh–Tokoh  dalam Satua I Ubuh; Dipandang dari Sudut Etika Berbicara”. Setiap satua didukung oleh beberapa tokoh yang memiliki status sosial yang berbeda. Terkait dengan hal itu permasalahan yang muncul adalah bagimanakah Etika Berbicara Setiap Tokoh dalam satua I Ubuh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui etika berbicara setiap tokoh yang mendukung satua tersebut. Permasalah ini dibedah dengan menggunakan teori Etnografi berbicara dengan mengacu pada teori Dell Hymes dan Anggah-Ungguhing Basa Bali. Perolehan data dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan  metode deskriptif analisis, serta disajikan dengan menggunakan metode informal. Setelah dilakukan pengamatan, ditemukan bahwa di dalam satua tersebut terdapat atau didukung oleh beberapa tokoh, yaitu: kakek, I Ubuh, Jin (Gede Urub), dan raja. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa etika berbicara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya telah sesuai dengan norma sopan santun berbicara yang di dalam bahasa Bali mengacu pada sistem Anggah-Unguhing Basa Bali. Pemilihan ragam bahasa Bali, seperti: ragam Basa Bali Madia (BBM), Basa Bali Andap (BBAnd), dan /atau Basa Bali Kasar (BBK) yang digunakan oleh setiap tokoh sesuai dengan status sosialnya, serta situasi pembicaraan dilakukan. Selain itu penerapan teori etnografi berbicara khususnya terkait dengan unsur-unsur berbicara yang dikemukakan oleh Dell Hymes sudah sangat baik.

Referensi

Azwar, Saiffudin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bungin, Burhan (Ed.). 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguisti; Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta
Halliday, M.A.K. dan Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa Konteks dan Teks; Aspek-aspek Bahasa dalam Konteks Sosial (Terj. Asruddin Barori Tou). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Jendra, I Wayan. 2000. Dharma Wacana dan Etika Berbicara. Denpasar : PT BP.
Jendra, I Wayan.2007. Sosiolinguistik Teori dan penerapannya. Denpasar: Paramita.
Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik (Suatu Pengantar). Jakarta : Pustaka Utama Gramedia
Naryana, Ida Bagus Undara. 1983. Anggah-ungguhing Basa Bali dan Peranannya Sebagai Alat Komunikasi Masyarakat Bali. Denpasar : Universitas Udayana
Suastika, I Made. 2011. Tradisi Sastra Lisan ( Satua) Di Bali. Denpasar : Pustaka Larasan
Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya : Citra Wacana.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sumarsono. 1992. Pengantar Sosiolinguistik. Singaraja : FKIP Universitas Udayana
Diterbitkan
2019-12-20