SISTEM PERTAHANAN PURI SEMARAPURA

  • Putu Arya Wiastina Putra Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Dwijendra
Kata Kunci: Mengedukasi, Kerajaan Bali, Sistem Pertahanan Puri Semarapura

Abstrak

Eksistensi Kerajaan di Bali pada zaman Kerajaan sangat diakui dan disegani di seluruh Nusantara. Pada masing-masing Kerajaan memiliki wilayang yang harus dijaga dari serangan kerajaan lain. Dalam sistem pertahanan untuk mmenjaga wilayah Kerajaan di Bali memiliki 2 (dua) sistem pertahanan yaitu sistem pertahanan kasat mata dan tidak kasat mata. Pada zaman kerajaan, Klungkung menjadi pusat pemerintahan raja-raja Bali. Raja Klungkung adalah pewaris langsung dan keturunan lurus dari Dinasti Kresna Kepakisan. Oleh karenanya, sejarah Klungkung berhubungan erat dengan raja-raja yang memerintah di Samprangan dan Gelgel. Selama pemerintahan Dinasti Kepakisan di Bali, terjadi dua kali perpindahan pusat kerajaan (tahun 1350-1908).

Adapun Rumusan Masalah yang diangkat yakni : Bagaimana Sistem Pertahanan Tidak Kasat Mata dan Sistem Pertahanan Kasat Mata tersebut diterapkan oleh Kerajaan di Bali? Batasan masalah dari identifikasi masalah tersebut, penulis hanya akan membahas Sistem Pertahanan Puri Semarapura di Kabupaten Klungkung.

Pada umumnya Sistem Pertahanan Tidak Kasat Mata dan Sistem Pertahanan Kasat Mata sama-sama memiliki fungsi untuk melindungi Kerajaan dari serangan musuh dari luar sehingga Raja tetap aman di dalam istana. Terkait dengan adanya 2 (dua) sistem pertahanan yaitu sistem pertahanan kasat mata dan sistem pertahanan tidak kasat mata maka perlu untuk Penelitian menggunakan pendekatan induktif untuk konsep tersebut dirumuskan dari beberapa unsur di antaranya : hasil observasi lapangan, wawancara dengan ahli/pakar.

Dapat di simpulkan : Sistem Pertahanan Tidak Kasat Mata dan Sistem Pertahanan Kasat Mata merupakan suatu Sistem Pertahanan yang sangat kuat yang didukung oleh rakyat dalam menjaga Kerajaan tersebut. Dalam penelitian Sistem Pertahanan Puri Semarapura tersebut, digunakan konsep dasar Edukatif, dimana konsep ini dirumuskan dari : pendekatan fungsional, dan latar belakang sosial-budaya.

Referensi

wawancara dengan Dr.Ir. IGN Tri Adiputra, MT.

Diterbitkan
2019-08-10