IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN INTERGRALISTIK
(Tinjauan Teoretis)
Abstrak
Bangsa Indonesia yang dulu terkenal sebagai bangsa yang berbudaya, ramah, menghargai perbedaan, serta mempunyai sopan santun yang sangat baik, telah mulai mengalami krisis SDM, terutama krisis karakter. Pasca reformasi, krisis karakter menunjukkan capaian kompetensi moral yang diproses melalui sekolah-sekolah dan perguruan tinggi belum mampu membentuk pribadi lulusan secara utuh yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu, maka untuk mengatasi masalah tersebut perlu segera diadakan pembinaan karakter secara efektif terutama terhadap generasi muda bangsa, khususnya para peserta didik di sekolah.
Pembinaan karakter dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan karakter terhadap peserta didik di sekolah-sekolah dengan cara mengimplementasikan konsepsi pembelajaran yang integralistik, misalnya dengan cara mulai dari memanfaatkan rumah tangga sebagai media pendidikan informal, masyarakat sebagai media pendidikan nonformal, dan sekolah sebagai media pendidikan formal. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara menerapkan secara holistis antara pendekatan kultural, pendekatan manajerial, dan pendekatan keteladanan.
Implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran integralistik dapat pula dilakukan dengan cara menerapkan character based approach ke dalam setiap mata pelajaran yang ada, disamping mata pelajaran-mata pelajaran khusus untuk pendidikan karakter seperti pelajaran agama, sejarah, pancasila, serta sastra dan budaya lokal.
Referensi
Aduan, Habib, 1999. Agama Masyarakat dan Reformasi Kehidupan. Denpasar: PT. BP.
Arsana, dkk. 1993/94. Pembinaan Budaya Dalam Keluarga Daerah Bali. Denpasar: Depdiknas.
Azra, Azymardi, 1999 a.”Membangun Kembali Karakter Bangsa: Peran dan Tantangan Perguruan Tinggi”, makalah disampaikan pada Dies Natalis ke-50 Univeritas Gajah mada, 13 November.
Azra, Azymardi.1999 b. “Pembinaan Pendidikan Akhlak Didik pada Era Reformasi”, pokok-pokok pikiran untuk seminar tentang Pendidikan. Anak dalam Indonesia baru, Depag RI, Jakarta, 2 November.
Azra, Azymardi.2000 b. “Membangun Keadaban Demokratis ke Arah Budaya Politik
Baru Indonesia”. Kompas,edisi khusus 35 tahun, 28 Juni.
Azra, Azymardi.2002. Paradigma Baru Pendidikan nasional, Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Kompas.
Badan Perkembangan Pendidikan Nasional. 1995. Pendidikan Budi Pekerti: Upaya Mempertahankan dan Mengembangkan Jati Diri/Identitas Bangsa. Jakarta: BPPN.
Fraenkel, Jack R. 1977. How To Teach About Values Analytical Approach, Englewood, Nj: Prentice.
Hendarman.2000. “Pendidikan Budi Pekerti: Bagian dari Upaya Pembentukan Watak Manusia Indonesia”,Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 021, Tahun V, Januari.
International education foundation, 2000. “The Need for Character Education”, makalah pada National Conference on Character Building, Jakarta, 25-26 November.
Kelompok kerja, l999.Rangkuman Filosopi, Kebijaksanaan dan Strategi Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdikbud.
Koster, I Wayan, 1999. “Akselerasi Pengamalan Ajaran Agama Hindu Melalui Pendidikan Budi Pekerti”, makalah disampaikan pada Seminar Nasional Akselerasi Pengamalan Ajaran Agama Hindu Melalui Pendidikan Budi Pekerti di Indonesia, STAH Denpasar, 14 April.
Koyan, I Wayan, 1999. “Pendidikan Karakter: Suatu Pendekatan Komprehensif', Aneka Widya STKIP Singaraja, edisi khusus th XXXII, September.
Navis, AA, 1999. “Pendidikan Dalam Membentuk Watak Bangsa”, makalah disampaikan dalam Diskusi Ahli tentang Pendidikan Indonesia untuk Masa Depan Pendidikan yang Lebih Baik, Yayasan Fase Baru Indonesia, Jakarta, 25 Oktober.
Phillips, C. Thomas, 2000. “Family as The School of Love”, makalah pada Nasional Conference On Character Building, Jakarta, 25-26 November.
UNESCO,1998. Higher Education in The Twenty-First Century:Vision an Action, Paris. Zamroni,2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: BIOGRAF Publising.